Bangkalan — Jurnal Hukum Indonesia.–
Sebagai penerus warisan para leluhur, warga kampung Glugur desa Kranggan Timur kecamatan Galis kabupaten Bangkalan Madura hingga kini masih kental dengan tradisinya sebagai pengrajin sangkar burung perkutut dan sangkar burung puter.
Keahlian dalam membuat sangkar burung ini sudah menjadi aktifitas turun temurun bagi warga Glugur sejak dulu sebagai mata pencaharian mereka .
Namun seiring berjalannya waktu, persaingan usaha kini semakin ketat, dengan munculnya sentra pengrajin sangkar burung di beberapa daerah menimbulkan pergeseran keadaan. Sehingga mereka dituntut harus lebih optimis dalam menyikapi keadaan tersebut. Dengan segala upaya yang dilakukan, saat ini pengrajin Glugur lebih inovatif membuat sangkar burung puter dengan ragam bentuk dan motif sesuai permintaan konsumen. Ini diharapkan produk mereka bisa bersaing dengan kompetitor
Dalam hal ini dirasa perlu adanya dukungan dan partisipasi dari aparat pemerintah terdekat yang sangat diharapkan oleh warga, yang bisa membawa kampung Glugur dapat terkenal sebagai kampung pengrajin sangkar burung terkemuka. Suatu kebanggaan bagi warga Glugur jika ini dapat terwujud nantinya.
Fatah adalah salah satu tokoh pemuda setempat mengatakan, warga Glugur menekuni kerajinan
sangkar burung ini sejak era tahun 1950 an. Dulu mereka melalukan aktifitas sebagai pengrajin sangkar burung semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai pekerjaan pokok mereka, dan aktifitas itu berlangsung hingga kini.
“Kata orang tua, dulu di tahun lima puluhan harga sangkar burung ini masih lima rupiah, dari hasil penjualan itu mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari” tutur Fatah saat dimintai keterangan bersama para pengrajin . (Selasa, 3/1)
Dan sekarang harga sangkar jika dijual kepada agen dipatok dengan harga 60 ribu sampai 100 ribu per sangkar dengan jenis dan ukuran yang berbeda.
“Jadi lumayan jika pengrajin dalam sehari bisa membuat dua sangkar atau lebih, cukuplah untuk kebutuhan mereka” katanya.
Namun dengan melihat kondisi yang ada, pengrajin sangkar di kampung Glugur saat ini menurut Fatah tampaknya masih butuh banyak dukungan. Selain peralatan yang digunakan masih manual juga mereka masih mengeluh soal harga sangkar di pasaran yang tidak stabil.
“Seandainya ada alat profil untuk membuat jeruji sangkar, itu akan lebih membantu, dan harga sangkar bisa stabil itu akan mengurangi beban pengrajin” terangnya.
Fatah berharap semoga secepatnya ada pemerhati yang peduli dan bisa mendongkrak pengrajin sangkar di kampung Glugur ini agar bisa berkembang lebih pesat. Sejalan dengan itu, nantinya kesejahteraan warga setempat akan meningkat lebih baik pula.